Persiapan Tambak
Pengeringan Dasar Tambak
Semua tingkat teknologi budidaya
tambak menghendaki pengeringan tanah dasar yang sempurna, yang dapat dilakukan
pada periode musim kemarau. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi
senyawa – senyawa asam sulfide dan senyawa beracun yang terjadi selama tambak
terendam air, memungkinkan terjadinya pertukaran udara dalam tambak sehingga
proses mineralisasi bahan organic yang diperlukan untuk pertumbuhan kelekap
dapat berlangsung, serta unutk membasmi hama penyakit dan benih- benih ikan
liar yang bersifat predator ataupun kompetitor.
Agar lebih mempermudah pelaksanaan
pengeringan tambak dapat dilakukan pada saat air laut surut. Pengeringan tambak
berlangsung selama 1-2 minggu, sampai keadaan tanah retak- retak, namun tidak
terlalu kering atau berdebu.(gambar 1). Tambak yang terlalu kering kurang baik
untuk pertumbuhan klekap. Jadi yang dimaksud dengan tidak terlalu kering adalah
bila tanah dasar tambak diinjak, kaki masih melesak sedalam 10-20 cm.
sebaliknya bila pengeringan tambak kurrang sempurna, kelekap yang tumbuh
didasar tambak kurang kuat melekat dan mudah lepas dari substratnya. Hal ini
akan menyebabkan kelekap mengapung kepermukaan air tambak dan membusuk, keadaan
ini mencemari tambak. Untuk mengetahui tingkat pengeringan tersebut yaitu
dengan cara mengukur ketinggian lekukan yang terjadi dalam tanah dasar yang
retak- retak tersebut, apabila lapisan telah mencapai 1-2 cm, maka pengeringan
sudah dianggap cukup.
Kedok teplok
Pengangkatan Lumpur dasar sebaiknya
dilakukan pada saat Lumpur dasar dapat diangkat (gambar 2). Kebanyakan petambak
melakukan kedok teplok pada saat tergenang sehingga partikel- partikel Lumpur
yang halus bercampur dengan air, sehingga kadar NH3 –N dan H2S tetap tinggi.
Pengolahan tanah dasar tambak
Pengolahan tanah dasar dilakukan
menggunakan hand tractor atau dicangkul, dengan kedalaman tidak lebih dari 30
cm. hal ini dilakukan sehubungan dengan pengaruh unsur hara terhadap
pertumbuhan plankton pada kedalaman tertentu, dan kemampuan unsur toksis
berpengaruh terhadap kehidupan udang didasar tambak. Pengolahan tanah dasar
dilakukn hanya pada tambak masam dan tambak yang sudah lama beroperasi, dan
dilakukan pada musim tertentu, dimana unsur- unsur toksis dalam bongkahan tanah
dapat teroksidasi dengan sempurna (musim kemarau). Setelah tanah dasar tambak
ditraktor, kemudian dibalik dan Lumpur yang ada didalam caren harus diangkat
sambil memperbaiki pematang. Selanjutnya direndam air (10 – 20) selama ± 7
hari, lalu dikeringkan kembali.
2. Pengapuran
Pengapuran adalah upaya peningkatan
produktivitas tambak, utamanya tambak masam yang bertujuan :
Gambar 1. Kegiatan Pengeringan Tanah Dasar Tambak
Gambar 2. Kegiatan Kedok Teplok
Gambar 3. Salah Satu Kegiatan Aklimatisasi Suhu
Gambar 4. salah satu kegiatan pemberian pakan tambahan dengan
menggunakan anco sebagai wadah pakan dan pengamatan pertumbuhan.
Gambar 5. Salah Satu Kegiatan Pengolahan Kualitas Air Tambak
Gambar 6. Salah Satu Bentuk Kegiatan Panen Selektif dengan
Menggunakan Jala Lempar.
Gambar 7. Salah Satu Bentuk Kegiatan Panen Total
Gambar 8. Salah Satu Kegiatan Sortir Udang Hasil Tambak Berdasarkan Ukuran Udang (size)
Memperbaiki struktur tanah yaitu
meningkatkan daya sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi
perubahan kemasaman (pH) yang ekstrim.
- Menetralisasi unsur toksis yang disebabkan oleh aluminium dan zat besi dengan ketersediaan kalsium dalam jumlah yang cukup, sehingga ketersediaan unsur hara seperti posfat akan bertambah.
- Menstimulir aktivitas organisme tanah sehingga dapat menghambat organisme yang membahayakan kehidupan udang (desinfectan)
- Dapat merangsang kegiatan jasad renik dalam tanah sehingga dapat meningkatkan penguraian bahan organic dan nitrogen dalam tanah.
Pada tanah masam dengan pH<5,
pengapuran dilakukan sesudah diadakan reklamasi sehingga pH tanah tidak terjadi
perubahan yang drastis. Sedangkan pada tanah dasar tambak yang pH>7 tidak
dilakukan pengapuran atau pengapuran dalam jumlah yang sedikit sebgai
desinfectan saja (poernomo 1992). Pengapuran dilakukan pada saat tanah dasar
tambak dalam keadaan lembab dan juga dilakukan pada saat pengolahan atau
pembalikan tanah dasar tambak. Setelah tanah dasar tambak dikapur dengan kaptan
selanjutnya dibiarkan kering dan terjemur.
3. Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama (terutama
trisipan, kepiting dan udang / ikan liar) yang paling efektif adalah melalui
pengeringan tambak secara sempurna. Sedangkan pengapuran dengan menggunakan
kapur hidrat dan kapur oksida pada suhu tinggi juga dapat berfungsi untuk
memberantas hama udang liar (Mustafa 1991). Pemberantasan hama ikan dapat
dilakukan dengan menggunakan saponin, dimana keampuhannya sangat dipengaruhi
oleh kondisi suhu dan salinitas air tambak. Pada salinitas rendah yaitu
salinitas <20 ppm sebaiknya diaplikasi pada dosis 20-30kg/ha dan dilakukan
pada siang hari, dan apabila salinitas >30 ppm, saponin diaplikasikan dengan
dosis 10-15 kg/ha.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesudah pemberantasan hama, dan pada kondisi sekarang ini pemupukan dilakukan pada semua tingkat teknologi. Jenis dan dosis pupuk ditentukan oleh tingkat kesuburan dari masing- masing tanah dasar tambak. Kesuburan suatu perairan tergantung pada produktivitas tanaman berklorofil, dan ini merupakan interaksi dari berbagai faktor diantaranya tersedianya zat hara dalam perairan (andarias 1991). Kesuburan perairan juga ditandai dengan kelimpahan dan jenis nabati air baik berupa fitoplankton maupun yang berupa fitobentos, dimana kedua kelompok ini merupakan primer utama dalam budidaya udang dan ikan ditambak.
Pemupukan tambak dimaksudkan unutk merangsang pertumbuhan makanan alami yang diperlukan oleh udang dan ikan selama pemeliharaan.
Didalam pemupukan tambak sebaiknya dalam satu kali masa panen dilakukan dua kali pemupukan, yaitu :
Pemupukan dilakukan sesudah pemberantasan hama, dan pada kondisi sekarang ini pemupukan dilakukan pada semua tingkat teknologi. Jenis dan dosis pupuk ditentukan oleh tingkat kesuburan dari masing- masing tanah dasar tambak. Kesuburan suatu perairan tergantung pada produktivitas tanaman berklorofil, dan ini merupakan interaksi dari berbagai faktor diantaranya tersedianya zat hara dalam perairan (andarias 1991). Kesuburan perairan juga ditandai dengan kelimpahan dan jenis nabati air baik berupa fitoplankton maupun yang berupa fitobentos, dimana kedua kelompok ini merupakan primer utama dalam budidaya udang dan ikan ditambak.
Pemupukan tambak dimaksudkan unutk merangsang pertumbuhan makanan alami yang diperlukan oleh udang dan ikan selama pemeliharaan.
Didalam pemupukan tambak sebaiknya dalam satu kali masa panen dilakukan dua kali pemupukan, yaitu :
- Pemupukan Dasar
Pada pemupukan dasar yang ditumbuhkan terutama adalah klekap
(lumut dasar). Jenis dan dosis pupuk yang diperlukan dalam setiap hektar adalah
: pupuk kandang dicampur dengan dedak halus dengan dosis 1-2 ton/ha, kemudian
disebar merata ke dasar tambak. Selanjutnya campuran pupuk urea 100-150 kg/ha
dan SP36 sebanyak 50-75 kg/ha, juga disebar merata keseluruh permukaan tambak.
Masukkan air kedalam tambak sampai mencapai ketinggian 10-20 cm dengan
menggunakan saringan dan biarkan menguap selama 2 minggu. Bila keadaan air
dipermukaan telah menjadi jernih sedang dasar tambak telah tampak hijau
ditumbuhi klekap, maka air didalam tambak ditambah secara bertahap sampai
mencapai kedalaman 60-100 cm. Jika keadaan air sudah cukup stabil, maka petakan
siap untuk ditebari.
- Pemupukan Susulan
Jika diperkirakan makanan alami ditambak hamper habis (masa
pemeliharaan + 1 bulan), maka perlu dilakukan pemupukan susulan dengan
menggunakan pupuk urea dan SP36 dengan dosis urea 10-15 kg/ha dan SP36 5-10
kg/ha.
Pada pemupukan susulan ini yang ditumbuhkan adalah plankton, dan dilakukan setiap 10-14 hari sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak. Pemupukan tidak dianjurkan pada tambak-tambak yang mempunyai tanah dasar bersifat masam )pH < 6). Dapat juga dilakukan pemupukan apabila sudah dilakukan proses pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan batu kapur dimuka pintu-pintu air.
Pada pemupukan susulan ini yang ditumbuhkan adalah plankton, dan dilakukan setiap 10-14 hari sekali. Pupuk susulan ditebarkan pada pelataran tambak. Pemupukan tidak dianjurkan pada tambak-tambak yang mempunyai tanah dasar bersifat masam )pH < 6). Dapat juga dilakukan pemupukan apabila sudah dilakukan proses pengapuran (penebaran kapur tohor) atau menggantungkan batu kapur dimuka pintu-pintu air.
5. Persiapan Air untuk Penebaran
Air dimasukkan kedalam petakan
tendon yang telah diendapkan selama + 4 hari. Persiapan tendon dilakukan sama
dengan persiapan petak pembesaran, hanya tidak dilakukan pemupukan. Apabila
tambak tidak memakai petakan tendon, maka tambak sebaiknya diberi kaporit 5 ppm
sebelum ditebari udang dan tidak boleh ganti air sampai 1,5 bulan. Air yang
telh ditampung dikapuri secara rutin dn dialirkn ke petak pembesaran dengan pergantian
air dipetak pembesaran sebnyak 20-30 % pertiga hari.
6. Penebaran Tokolan
6. Penebaran Tokolan
Tokolan PL 57-60 ditebar dipetak
pembesaran dengan kepadatan disesuaikan dengan luas lahan. Dibandingkan dengan
Pl 11-17 , tokolan udang lebih toleran terhadap fluktuasi salinitas yang lebar
sehingga membutuhkan wktu yang singkat dalam proses aklimatisasi (gambar 3).
Penebaran sebiknya dilakukan pada waktu suhu udara dingin, yaitu pada jam 06.00
– 08.00 pagi atau jam 17.00 sore-22.00 malam. Hindari penebaran benur yang terkumpul
disatu tempat. Benur ditebar setelah air tidak berbau kaporit dan air sudah
berwarna coklat muda. Padat tebar 5 ekor/m2 atau 50.000 ekor/ha. Berikan
gilingan ikan segar/cumi-cumi 5 kg/ha dipinggirtambak atau disekitar benur
ditebar. Jangan diberikan daging, udang/rebon atau rajungan, dan juda berikan 1
kg pellet halus/ha/hari selama 3 hari berturut-turut, dengan cara ini kehidupan
udang biasa mencapai > 70 %.
Dalam penebaran benih pada budidaya
campuran (udang dan banding) tidak boleh dilakukan secara bersamaa, tetapi
tebarkanlah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan udng
beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Penebaran banding dilakukan setelah
udang berada dalam tambak lebih kurang dua atau tiga minggu.
7. Pemeliharaan
7. Pemeliharaan
Keberhasilan usaha budidaya tambak
tidak hanya ditentukan oleh konstruksi tambak, desai dan tata letak tambak,
pengolahan tanah dan pengadan benih saja, tetapi juga ditentukan oleh proses
pemeliharaan sejk penebaran smpi pemungutan hasil (panen). Kegiatan –kegiatan
yang diperlu dilaksanakan selm periode pemelihran berlangsung adalah :
- Pemberian Makanan Tambahan
Meskipun makanan alami yang berupa plankton, klekap dan
lumut tersedia cukup, namun dalam usaha budidaya ini masih membutuhkan makanan
tambahan berupa pellet atau dedak halus terutama pada petak pembesaran.
Pemberian makanan tambahan ini diberikan setelah satu bulan sesudah penebaran
sampai menjelang panen. Makanan tambahan yang diberikan mengandung protein 30 %
dengan dosis pemberian, yaitu pada teknologi intensif (15-20 ekor/m2) dan semi
intensif (6-14 ekor/m2) diberikan pakan dengan dosis 3-5 %/BB/hari. Budidaya
udang tradisional dengan kepadatan 1-2 ekor/m2 memerlukan pertumbuhan pakan
alami yang baik, tanpa pemberian pakan komersil, namun pada budidaya udang
tradisional plus (3-5 ekor/m2) disamping pakan alami juga memerlukn pakan
komersil pada pemelihraan 2 bulan terakhir. Pemberian makanan tamabahan ini
menggunakan anco (gambar 4), caranya meletakkan makanan sesuai dosis dalam
beberapa anco, kemudian tempatkan anco tersebut pada beberpa tempat secara
merata sehingga makanan dapat dimanfatkan oleh udang dan banding. Pemberian
dengan cara ini selalu menghemat makanan tambahan juga sebagai wadah
pengamatan.
- Pengelolaan Air Tambak
Pemberian makanan tambahan dalam
jumlah yang cukup banyak, kemungkinan akan meninggalkan sisa-sisa yang apabila
membusuk akan berpengaruh terhadap kualitas air. Oleh karena itu pergantian air
dengan frekuensi yang lebih banyak mutlak diperlukan (gambar 5). Pergantian air
ditambak dilakukan secara rutin, yaitu setiap 2 minggu sekali sebanyak 25 %.
Setelah pergantian air maka langsung diberi kapurkaptan sebanyak 50-100 kg/ha,
dan pupuk kalau perlu yaitu maksimum urea 35 kg/ha dan SP36 10 kg/ha,
dengan kecerahan air tetap terjaga yaitu 25-40 cm.
Apabila kondisi air tambak banyak kotoran/buih atau air jernih tidak ada plankton, maka air tambak wajib diganti. Dan apabila udang lumutan/air tambak menyala, maka segera diganti air tambak atau taburi kaporit 1,2 ppm (12 kg/ha/1m atau 7,2 kg/ha/60 cm kedalaman air tambak. Serta pada sat hujan lebat, sebaiknya pematang tambak ditaburi kapur 100 kg/ha, pada malam hari diberi kincir/mesin perahu (2 buah/ha) agar air tidak berlapis dan udang tidak mengambang.
Apabila kondisi air tambak banyak kotoran/buih atau air jernih tidak ada plankton, maka air tambak wajib diganti. Dan apabila udang lumutan/air tambak menyala, maka segera diganti air tambak atau taburi kaporit 1,2 ppm (12 kg/ha/1m atau 7,2 kg/ha/60 cm kedalaman air tambak. Serta pada sat hujan lebat, sebaiknya pematang tambak ditaburi kapur 100 kg/ha, pada malam hari diberi kincir/mesin perahu (2 buah/ha) agar air tidak berlapis dan udang tidak mengambang.
LANGKAH-LANGKAH
PERSIAPAN DASAR TAMBAK
Kategori: LAIN-LAIN dan Langkah-langkah Persiapan Dasar Tambak
Tags: air, dosis, keasaman, kualitas, langkah, pengapuran, pengeringan, persiapan, pH, pupuk, tambak, tanah, udang
Tags: air, dosis, keasaman, kualitas, langkah, pengapuran, pengeringan, persiapan, pH, pupuk, tambak, tanah, udang
Faktor penentu panen udang adalah
keadaan tanah dasar tambak dan kualitas air tambak. Tanah dan air akan baik
bila dasar tambak dipersiapkan dengan baik pula.
Masalah yang timbul dalam budidaya
udang memang tidak sedikit. Kerugian yang cukup besar di antaranya karena
munculnya penyakit udang. Menurut hasil penelitian puslitbang perikanan,
timbulnya penyakit udang disebabkan menurunnya kondisi lingkungan, akibat
pengelolaan yang kurang baik. Kunci keberhasilan budidaya udang secara intesif
adalah melakukan persiapan dasar tambak dengan baik.
Menurut Ir. Youke F Mumu, seorang
ahli perikanan yang banyak memberikan konsultasi kepada petambak udang tentang
manajemen budidaya udang berwawasan lingkungan, hal-hal yang sebaiknya
dilakukan dalam mempersiapkan dasar tambak adalah sebagai berikut.
- 1. Pengeringan
Setelah udang dipanen semua air
dalam tambak dikeluarkan, lalu dikeringkan/dijemur selama satu minggu. Bila
sudah kelihatan tanda-tanda tanah dasar tambak mulai retak-retak, maka endapan
lumpur hitam (black mud) dikupas dan dibuang. Sekaligus dikerjakan reklamasi
tambak, seperti perbaikan konstruksi tambak, pematang, pintu air, dan
sebagainya.
Dasar tambak kembali dijemur 2 atau
3 hari. Lalu dibajak untuk membongkar tanah dasar tambak agar udara masuk ke tanah
dan terjadi proses oksidasi. Sisa-sisa akar yang ada dibuang untuk menghindari
terjadinya pembusukan yang mengeluarkan gas-gas beracun dan berbahaya bagi
udang. Setelah dibajak tanah dibiarkan beberapa hari agar bakteri anaerob yang
sifatnya pathogen dan bibit penyakit mati, serta gas-gas beracun menguap.
- 2. Pengapuran
Tujuan pengapuran adalah menaikkan
pH tanah dasar tambak, menjadi 6,5 – 7 (pH normal). Sebab, bila pH-nya di bawah
normal, kurang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan udang. Kapur ditabur ke
permukaan tanah dasar tambak, lalu dibajak agar tercampur dengan tanah.
Pengapuran ini lebih baik dilakukan dua kali. Dosis kaplur yang digunakan
sesuai tingat keasaman tanah. Pertama, dengan menggunakan setengah dosis kapur
yang direncanakan. Setelah dicampur dan dibiarkan beberapa hari, barulah
setengah dosis sisanya ditabur. Lalu dibajak lagi dan dibiarkan beberapa hari
lagi. Selanjutnya, dilakukan tes pH. Kalau pH sudah sesuai, masukkan air
kira-kira sedalam 30 cm dan biarkan semalam. Tujuan perendaman ini adalah agar
sisa-sisa reaksi pada dasar tambak larut dalam air. Kemudian air dibuang, dan
dasar tambak diratakan.
- 3. Diberi pupuk OST
Dalam keadaan basah atau ada air
sedikit (maksimum 1 cm) pupuk OST ditabur secara merata. Pupuk OST langsung
menyatu dengan tanah sehingga tidak kelihatan lagi perbedaannya. Biarkan selama
satu minggu, dan dasar tambak dijaga tetap lembab.
Tujuan penggunaan pupuk OST ini
adalah untuk memperbaiki struktur tanah di permukaan dasar tambak, sehingga
tanah menjadi suatu koloid yang lebih stabil. Di dalam aktivitasnya, pupuk OST
akan menciptakan keseimbangan unsur hara (mineral balance). Bakteri-bakteri
yang terkandung di dalam OST akan menguraikan sisa-sisa bahan organic mentah
yang masih tertinggal di dasar tambak, dan sementara itu fuaga akan berlangsung
proses mineralisasi. Selama satu minggu diharapkan tanah dasar tambak menjadi
mantap sehingga makanan alami berupa plankton yang disukai udang mulai tumbuh.
- 4. Air dimasukkan
Setelah satu minggu diberi pupuk
OST, air dimasukkan, langsung dengan kedalaman minimal 60 cm. setelah pemberian
OST ini air jangan dibuang dan dilakukan pembasmian ikan-ikan liar dengan
saponin. Beberapa hari kemudian plankton akan muncul. Bila cuaca baik, dalam
waktu 5 hari plankton akan naik, air sudah stabil untuk beberapa minggu.
Salah satu factor yang perlu
diperhatikan, setelah air masuk dan plankton sudah jadi adalah kecerahan air
yang diukur dengan seicchi disk. Maka pada kecerahan 30 – 40 benur boleh
dimasukkan. Kecerahan air lebih atau kurang dari 30 – 40 kurang baik untuk
pertumbuhan benur.
Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu: kelekap, lumut, plankton, dan bentos. Cara pemupukan:
Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu: kelekap, lumut, plankton, dan bentos. Cara pemupukan:
- Untuk pertumbuhan kelekap
- Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan dedak kasar sebanyak 500 kg/ha.
- Kemudian ditaburi pupuk kandang (kotoran ayam, kerbau, kuda, dll), atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
- Tambak diairi sampai 5-10 cm, dibiarkan tergenang dan menguap sampai kering.
- Setelah itu tambak diairi lagi sampai 5-10 cm, dan ditaburi pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
- Pada saat itu ditambahkan pula pupuk anorganik, yaitu urea 75 kg/ha dan TSP (Triple Super Phosphate) 75 kg/ha.
- Sesudah 5 hari kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air dapat ditinggikan lagi secara berangsur-angsur, hingga dalamnya 40 cm di atas pelataran. Dan benih udang dapat dilepaskan.
- Selama pemeliharaan, diadakan pemupukan susulan sebanyak 1-2 kali sebulan dengan menggunakan urea 10-25 kg/ha dan TSP 5-15 kg/ha.
- Untuk pertumbuhan lumut
- Tanah yang telah dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya, kemudian ditanami bibit lumut yang ditancapkan ke dalam lumpur.
- Air dimasukkan hingga setinggi 20 cm, kemudian dipupuk dengan urea 14 kg/ha dan TSP 8 kg/ha.
- Air ditinggikan sampai 40 cm setelah satu minggu.
- Mulai minggu kedua, setiap seminggu dipupuk lagi dengan urea dan TSP, masing-masing 10 takaran sebelumnya.
- Lumut yang kurang pupuk akan berwarna kekuningan, sedangkan yang dipupuk akan berwarna hijau rumput yang segar. Lumut yang terlalu lebat akan berbahaya bagi udang, oleh karena itu lumut hanya digunakan untuk pemeliharaan udang yang dicampur dengan ikan yang lain.
- Untuk pertumbuhan Diatomae
- Jumlah pupuk nitrogen (N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki perbandingan sekitar 30:1. Apabila perbandingannya mendekati 1:1, yang tumbuh adalah Dinoflagellata.
- Sebagai sumber N, pupuk yang mengandung nitrat lebih baik daripada pupuk yang mengandung amonium, karena dapat terlarut lebih lama dalam air.
- Contoh pupuk:
- Urea-CO(NH2)2: prosentase N=46,6.
- Amonium sulfat-ZA-(NH4)2SO4: prosentase N=21.
- Amonium chlorida-NH4Cl: prosentase N=25
- Amonium nitrat-NH4NO3: prosentase N=37
- Kalsium nitrat-Ca(NO3)2: prosentase N=17
- Double superphosphate-Ca(H2PO4): prosentase P=26
- Triple superphosphate-P2O5: prosentase P=39
- Pemupukan diulangi sebanyak beberapa kali, sedikit demi sedikit setiap 7-10 hari sekali.
- Pemupukan pertama, digunakan 0,95 ppm N dan 0,11 ppm P. Apabila luas tambak 1 ha dan tinggi air rata-rata 60 cm, membutuhkan 75-150 kg pupuk urea dan 25-50 kg TSP.
- Pertumbuhan plankton diamati dengan secci disc. Pertumbuhan cukup bila pada kedalaman 30 cm, secci disc sudah kelihatan.
- Takaran pupuk dikurangi bila secci disc tidak terlihat pada kedalaman 25 cm. Sedangkan apabila secci disc tidak kelihatan pada kedalaman 35 cm, maka takaran pupuk perlu ditambah.
Konstruksi tambak udang windu diupayakan mampu menahan air,
mampu membuang air limbah, mampu memelihara kualitas air, dan tambak dapat
dikeringkan dengan mudah dan sempurna. Tanah dasar tambak harus dalam kondisi
yang sesuai untuk kehidupan
dan pertumbuhan udang. Hal ini karena sebagian besar waktu hidup dan mencari makan udang berada di tanah dasar tambak. Untuk mengupayakan hal tersebut persiapan lahan untuk menebar udang windu meliputi kegiatan:
- Pengeringan Lahan, bertujuan agar gas-gas sisa metabolit dapat menguap.
- Pembalikan tanah pada Tambak, ini dilakukan untuk menyempurnakan proses oksidasi pada tanah.
- Pengapuran dilakukan bila PH tanah kurang dari 6.0
- Pemupukan dengan pupuk organik, untuk menjamin ketersediaan pakan alami bagi udang windu.
dan pertumbuhan udang. Hal ini karena sebagian besar waktu hidup dan mencari makan udang berada di tanah dasar tambak. Untuk mengupayakan hal tersebut persiapan lahan untuk menebar udang windu meliputi kegiatan:
- Pengeringan Lahan, bertujuan agar gas-gas sisa metabolit dapat menguap.
- Pembalikan tanah pada Tambak, ini dilakukan untuk menyempurnakan proses oksidasi pada tanah.
- Pengapuran dilakukan bila PH tanah kurang dari 6.0
- Pemupukan dengan pupuk organik, untuk menjamin ketersediaan pakan alami bagi udang windu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar